Jhon Boy |
L iku baliku Kaja Bakaja arus
Batanghari di Dharmasraya, dari dulu situasinyo indak pernah
berubah, lika liku kinerja Pengurus PSSI Dharmasraya, dari dulu reputasinyo
indak pernah barubah.
Alamak...sebegitu butakah wawasan
tokoh sepakbola kita di Kabupaten tercinta ini? atau tak berani suara?
....entahlah. Memang 2006 kita pernah U18 menjuarai salah satu group dan
mewakili Sumatera Barat ketingkat nasional di Palembang yang saat ini murni 100
persen pemain lokal dan 2008 tingkat senior devisi III juga lolos ke pace
regional di Bangka Belitung dan 90 persen pemain lokal.
Sayang tidak jadi dikirim karena
faktor financial tidak memungkinkan dari PSSI Dharmasraya dua-duanya adalah
even resmi nasional.
Ketika itu harus diakui tidak
terlepas dari kontribusi positif dari Pak IT Mata Air sebagai manager. Namun
itu adalah langkah awal pada saat itu, tapi setelah itu melempen sampai
Porprov 2014. Memang kita berhasil meraih emas sepakbola, meskipun 8 0rang
starting elevennya adalah pemain jadi dari luar daerah Dharmasraya dan
sekaligus meninggalkan goresan luka dihati pesepakbola muda Kabupaten tercinta
ini.
Siapapun masyarakat sepakbola
Dharmasraya pasti merasakan hal ini, karena kita amatir bukan profesional jelas
disini yang salah adalah pembinaan pemain usia muda dan PSSI Dharmasraya tidak
punya program sama sekali.
Semoga pengurus baru terpilih pada
Muscab nanti yang katanya diadakan Maret 2015 akan menjadikan hasil Porprov
2014 momentum positif untuk langkah awal sukses kedepannya dan tentunya punya
program yang jelas untuk kemajuan meskipun PR menumpuk dari sisi pembinaan
telah menunggu.
Khusus buat pemda "Selamat atas
raihan Medali Emas Sepakbola". Sport center ...kedengarannya sangat
menjanjika untuk menumbuh kembangkan setiap cabang olahraga khususnya sepakbola
yang siapapun tahu adalah olahraga terpopuler dijagat ini. Dalam pengamatan
selama ini sepakbola dharmasraya sepertinya "Hidup segan matipun tak
mau" apakah hal ini akan kita biarkan saja?? kita semua tokoh sepakbola
Kabupaten ini harus segera bereasi demi terwuudnya transisi positif untuk
sepakbola Dharmasraya Alangkah mahalnya nilai sekeping medali emas Porprov
sepakbola jikalau stadiun 90 m ini dibangun hanya untuk sepakbola Porprov saja.
Wahai Dharmasraya fottball community, bangunlah temukan akar persoalan matinya
pembinaan sepakbola kita, pengrus PSSI Dharmasrayakan yang salah? masyarakat
bola Dharmasrayakah? Pemerintah Kabupatenkah? atau memang mesti begini adanya.
Menurut evaluasi secara konfrehensif dan proporsional letak atau titik
persoalannya ada pada pengurus PSSI Dharmasraya yang tidak punya program
pembinaan yang mesti dilakukan layaknya organisasi sepakbola dibentuk.
Seperti kita ketahui bersama
dimana-mana seharusnya pengcab terdiri dari berbagai orang sesuai dengan
struktur dan fungsinya yang mesti aktif bukan tunggal karena sepakbola Dharmasraya
ini adalah milik Kabupaten atau masyarakat bukan milik kelompok apalagi
perorangan atau mungkin sepakbola Dharmasraya ini hanya sebatas milik Pemda
Dharmasraya saja?
Saat ini dan kedepannya Sepakbola
Dharmasraya sudah harus mengikuti perkembangan sepakbola modern dan
berorentasi pada sepakbola maju tentunya mesti memiliki sosok pengurus yang
berwawasan tentang manajemen sepakbola modern bukan manajemen era 80-an yang
sudah sangat tertinggal apalagi beberapa tahun belakangan ini PS Dharmasraya tak
pernah ikut serta event yang sifatnya nasional atau agenda PSSI Sumbar misalnya
klasifikasi kelompok usia dini apalagi tingkat senior seperti kita ketahui saat
ini divisi I, II dan III tak ada lagi wadah gantinya adalah liga nusantara yang
pasti lebih konpetitif dan semakin berat lagi.
Ingat selama ini kita masih setia
bercokol di devisi paling buncit divisi III kembali ke kinerja pengurus, selama
ini dari sisi pembinaan pemain muda yang cikal bakal jadi atlit senior,
kalaupun ada SSB di Kabupaten ini sepertinya berjalan sendiri sendiri tanpa ada
pantauan menyeluruh apalagi perhatian padahal seharusnya mater permainan
Porprov 2014 juga dari wadah ini bukan mendatangkan mayoritas pemain dari luar
seperti materi permainan Porprov 2014 ini 85 persen di import atau didatangkan
dari luar daerah Dharmasraya termasuk anak Ridho dari Pekanbaru. Apakah pemain
Dharmasraya tidak mampu? Dampaknya adalah rasa kurang memiliki dari masyarakat
bola Dharmasraya.
Sekaligus ini adalah tamparan buat
segelintir pembinaan pemain muda kita jelas ini adalah dampak dari tidak
berjalannya mata rantai pembinaan, kita bisa bayangkan sebagai tuan rumah
porprov pemuda atau remaja kita yang punya bakat di sepakbola hanya duduk indah
jadi penonton duhalaman rumahnya sendiri menyedihkan...
Maaf kalau kita kupas semua
kelemahan pengcab PSSI Dharmasraya ini satu halaman media inopun tak akan
cukup. Well... harapan kita berangkat dari materi tulisan ini mari kita semua
yang peduli dengan sepakbola Kabupaten Dharmasraya ini bangun dan bekerja keras
membina demi terwujudnya satu team perserikatan atau bond yang solid dan hebat
untuk mengisi dan mengaktifkan stadiun kita yang representatif ini. Caranya
muscab adalah harga mati untuk dilaksanakan dalam waktu dekat ini termasuk
didalamnya membanahi komisi wasit dan pembentukan asosiasi pelatih kabupaten
tercinta. Maaf kalau ada yang kurang berkenan jujur saja ini semua demi
berkembang dan majunya pesepakbolaan kita Dharmasraya tercinta. Sekian.....
(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar