KOTO BESAR - Kabupaten Dharmasraya boleh berbangga, karena saat ini telah keluar dari status daerah tertinggal. Pembangunan berkembang pesat, pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah berjuluk negeri petro dollar itu juga terbilang tinggi di Sumatera Barat. Namun sayang, kenyataan di lapangan tak seindah yang digembar-gemborkan. Kepekaan pemerintah kabupaten terhadap kondisi masyarakat, nyatanya belum menyentuh semua lapisan. Masih ada masyarakat yang hidup serba kekurangan, yang hingga kini belum pernah mendapat sentuhan.
Malang nian, mungkin begitulah ungkapan yang cocok untuk Marsudin (56), seorang lelaki paruh baya yang hidup di Nagari Bonjol Kecamatan Koto Besar. Bapak dengan enam orang anak itu sudah 20 tahun tinggal di gubuk reot, yang ia bangun di tengah ladang. Sangat tidak layak, itulah yang tergambar di benak wartawan ketika melihat langsung hunian Marsudin, beberapa hari lalu. Tidak hanya itu, untuk bisa sampai ke rumahnya pun, juga harus melewati medan yang sulit bukan kepalang. Becek, licin, dan dipenuhi semak-semak perkebunan.
Di sana, Marsudin beserta istri dan enam orang anaknya boleh dikatakan hidup dalam kondisi serba kekurangan. Sebab, penyakit asma yang ia derita sejak lima tahun belakangan membuatnya tak mampu bekerja. Untuk menopang perekonomian keluarga, istri dan anak gadisnya yang turun tangan. Jangankan untuk memiliki rumah layak, tercukupi untuk makan sehari-hari saja itu sudah membuat mereka sekeluarga bersyukur. Itulah kenapa, impian untuk bisa memiliki rumah nan layak seperti kebanyakan orang-orang, mesti ia kubur dalam-dalam.
"Bisa tinggal di rumah yang layak, tentu menjadi impian setiap orang. Biarpun kecil, pasti hati akan tetap senang berada di dalamnya. Namun apa mau di kata, saya tidak mampu membangun rumah yang lebih layak untuk anak dan istri saya. Sudah lima tahun ini saya tidak bekerja karena sakit asma. Sekarang justru anak dan istri saya yang mencari nafkah sebagai buruh tani. Jika tidak, tidak tahu juga kami mau makan apa. Jadi jangankan untuk memiliki rumah yang layak, cukup untuk makan sehari-hari saja rasanya sudah untung," ujar Marsudin kepada Dharmasraya Ekspres.
Yang lebih memiriskan adalah, bantuan beras miskin (raskin) yang digelontorkan oleh pemerintah bagi warga tidak mampu, justru tidak didapatinya sama sekali. Padahal, bila melihat kondisi keluarga Marsudin, mereka adalah salah satu dari orang-orang yang paling layak menerima bantuan tersebut. "Kami punya kok KTP di Bonjol ini, tapi kami sama sekali belum pernah mendapatkan raskin," akunya.
Tak banyak yang menjadi harapan Marsudin. Ia hanya berharap, kondisinya saat ini bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Apakah itu melalui program bedah rumah, ataupun bantuan lainnya. Agar kedepan ia dan keluarganya bisa hidup lebih layak.(AZH)
Di sana, Marsudin beserta istri dan enam orang anaknya boleh dikatakan hidup dalam kondisi serba kekurangan. Sebab, penyakit asma yang ia derita sejak lima tahun belakangan membuatnya tak mampu bekerja. Untuk menopang perekonomian keluarga, istri dan anak gadisnya yang turun tangan. Jangankan untuk memiliki rumah layak, tercukupi untuk makan sehari-hari saja itu sudah membuat mereka sekeluarga bersyukur. Itulah kenapa, impian untuk bisa memiliki rumah nan layak seperti kebanyakan orang-orang, mesti ia kubur dalam-dalam.
"Bisa tinggal di rumah yang layak, tentu menjadi impian setiap orang. Biarpun kecil, pasti hati akan tetap senang berada di dalamnya. Namun apa mau di kata, saya tidak mampu membangun rumah yang lebih layak untuk anak dan istri saya. Sudah lima tahun ini saya tidak bekerja karena sakit asma. Sekarang justru anak dan istri saya yang mencari nafkah sebagai buruh tani. Jika tidak, tidak tahu juga kami mau makan apa. Jadi jangankan untuk memiliki rumah yang layak, cukup untuk makan sehari-hari saja rasanya sudah untung," ujar Marsudin kepada Dharmasraya Ekspres.
Yang lebih memiriskan adalah, bantuan beras miskin (raskin) yang digelontorkan oleh pemerintah bagi warga tidak mampu, justru tidak didapatinya sama sekali. Padahal, bila melihat kondisi keluarga Marsudin, mereka adalah salah satu dari orang-orang yang paling layak menerima bantuan tersebut. "Kami punya kok KTP di Bonjol ini, tapi kami sama sekali belum pernah mendapatkan raskin," akunya.
Tak banyak yang menjadi harapan Marsudin. Ia hanya berharap, kondisinya saat ini bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Apakah itu melalui program bedah rumah, ataupun bantuan lainnya. Agar kedepan ia dan keluarganya bisa hidup lebih layak.(AZH)
PR buat dinas sosial nih..
BalasHapus